YANGON – Di tengah upaya penyelamatan dan pencarian korban akibat gempa dahsyat pekan lalu, pemimpin junta Myanmar, Jenderal Min Aung Hlaing, meninggalkan negara tersebut pada Kamis (3/4/2025). Sementara itu, berbagai organisasi kemanusiaan mendesak pemerintah Myanmar untuk melonggarkan pembatasan agar bantuan dapat menjangkau lebih banyak penyintas.
Gempa berkekuatan 7,7 skala Richter yang mengguncang Myanmar pada Jumat (28/3/2025) menjadi salah satu yang terkuat dalam 100 tahun terakhir. Bencana ini mempengaruhi kehidupan sekitar 28 juta orang, menyebabkan bangunan runtuh, menghancurkan permukiman, serta membuat banyak warga kehilangan akses terhadap makanan, air bersih, dan tempat berlindung.
Laporan terbaru yang disiarkan televisi pemerintah China menyebut jumlah korban jiwa telah melebihi 3.000 orang, meningkat drastis dibandingkan laporan sebelumnya pada Rabu (2/4/2025).
Pemimpin Junta Tinggalkan Myanmar di Tengah Krisis
Sejak kudeta militer tahun 2021 yang menggulingkan pemerintahan sipil Aung San Suu Kyi, Myanmar mengalami ketidakstabilan yang parah. Militer berjuang untuk mengendalikan negara di tengah konflik internal dan sanksi internasional, sementara ekonomi serta layanan dasar, termasuk kesehatan, mengalami kehancuran.
Pada Rabu malam, pemerintah Myanmar melalui stasiun televisi MRTV mengumumkan gencatan senjata sepihak selama 20 hari untuk mendukung rehabilitasi pascagempa. Namun, mereka memperingatkan akan tetap merespons setiap serangan dari kelompok pemberontak.
MRTV juga mengonfirmasi bahwa Min Aung Hlaing akan melakukan perjalanan ke Bangkok untuk menghadiri pertemuan dengan sejumlah negara Asia Selatan. Keputusan ini menjadi sorotan, mengingat dirinya kerap dianggap sebagai sosok yang diasingkan oleh komunitas internasional dan tengah menghadapi sanksi serta penyelidikan oleh Pengadilan Kriminal Internasional.
Walaupun pemimpin junta tidak diizinkan menghadiri pertemuan ASEAN, beberapa pengamat menilai kehadirannya dalam pertemuan di Bangkok berpotensi meningkatkan legitimasinya menjelang pemilu Desember mendatang, yang diyakini akan mempertahankan dominasi militer.
Krisis Kemanusiaan Semakin Parah
Badan-badan kemanusiaan melaporkan kondisi yang semakin memburuk di wilayah terdampak, terutama di Myanmar bagian tengah. Fasilitas kesehatan kewalahan, persediaan obat-obatan semakin menipis, dan ancaman penyakit akibat keterbatasan air bersih terus meningkat.
Mohamed Riyas, Direktur Komite Penyelamatan Internasional Myanmar, menyebut kebutuhan bantuan dalam skala besar sangat mendesak.
“Mungkin butuh berminggu-minggu untuk benar-benar memahami tingkat kerusakan akibat gempa ini, mengingat banyak daerah masih terputus dari komunikasi dan akses transportasi terganggu,” ujarnya kepada Reuters.
Menurutnya, masyarakat sangat membutuhkan layanan medis darurat, akses ke air bersih, tempat tinggal sementara, serta bahan makanan pokok.
Di Mandalay, kota terbesar kedua Myanmar, sekitar 500 bangunan dilaporkan runtuh sepenuhnya dan 800 lainnya mengalami kerusakan parah. Mikhael De Souza, koordinator lapangan dari organisasi medis MSF, menyatakan banyak warga yang masih bertahan di luar rumah dalam kondisi memprihatinkan.
“Kelangkaan air bersih menjadi salah satu tantangan terbesar bagi kelangsungan hidup mereka,” ungkapnya.
Sejumlah kelompok hak asasi manusia menuduh junta Myanmar memperlambat distribusi bantuan dengan tetap menerapkan pengamanan ketat di beberapa wilayah yang mengalami dampak paling parah.
Sementara itu, di Thailand, jumlah korban tewas akibat gempa turut meningkat menjadi 22 orang. Tim penyelamat terus bekerja keras untuk mencari korban yang masih terperangkap di reruntuhan gedung pencakar langit yang sedang dibangun di Bangkok.
Dengan menggunakan alat berat, tim penyelamat berusaha menembus lebih dari 100 ton beton dengan harapan menemukan korban selamat di bawah puing-puing.
“Kami terus melakukan pencarian, tetapi kini menggunakan metode berbeda,” ujar Gubernur Bangkok Chadchart Sittipunt. “Kami membuat lubang akses agar tim penyelamat bisa masuk ke dalam reruntuhan.”
Baca Juga : Sigap! Pasukan Elite Raider Motuliato Bantu Warga Terluka di Wilayah Basis OPM